#Tugas : PENDEKATAN DEDUKTIF, INDUKTIF DAN AKTIF TEORI AKUNTANSI
PENDEKATAN DEDUKTIF & INDUKTIF TEORI AKUNTANSI 1. Pendekatan Deduktif Pendekatan deduktif (deductive approach) adala...
http://akuntanshit.blogspot.com/2014/11/pendekatan-deduktif-induktif-teori.html
PENDEKATAN DEDUKTIF &
INDUKTIF TEORI AKUNTANSI
1.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive
approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu
atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat
premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat
menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai
pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus (going
from the general to the specific).
Dari asumsi atau dalil dasar akuntansi dan
konklusi logis yang diperoleh dan sejumlah prinsip akuntansi untuk menyajikan
petunjuk dan dasar bagi pengembangan teknik-teknik akuntansi selanjutnya.
Tahap-tahap pendekatan deduktif :
1.
Penetapan-penetapan tujuan pelaporan keuangan
2.
Pemilihan dalil-dalil akuntansi
3.
Penentuan prinsip-prinsip akuntansi
4.
Pengembangan teknik-teknik akuntansi.
Contoh:
Jika meneliti konsumsi rumah
tangga untuk minyak, maka sebelum turun ke lapangan yang dipersiapkan adalah
teori konsumsi, permintaan dan penawaran barang, dll. pertanyaan yang
akan diajukan sudah jelas dan hampir baku, sampelnya jelas, dll. artinya sudah
disiapkan semua tinggal cari data.
2.
Pendekatan Induktif
Pendekatan ini
dimulai dengan serangkaian pengamatan terhadap informasi keuangan dari bisnis
perusahaan dan selanjutnya akan diperoleh rumusan gagasan serta prinsip-prinsip
akuntansi dari pengamatan tersebut dengan menggunakan dasar hubungan yang
terjadi secara berulang.
Pendekatan Induktif menekankan pada pengamatan
dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini
sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus
menjadi umum (going from specific to the general). APB Statement No. 4 adalah
contoh dari penelitian induksi, Statement ini adalah suatu usaha APB untuk
membangun sebuah teori akuntansi. Generally Accepted Accounting Principles
(GAAP) yang dijelaskan di dalam pernyataan (statement) dibangun berdasarkan
observasi dari praktek yang ada. Pendekatan induktif dalam penyusunan teori
mencakup empat tahap :
1.
Pencatatan seluruh pengamatan
2.
Penganalisaan dan pengelompokan pengamatan
untuk mendeteksi adanya hubungan yang berulang (kesamaan atau kemiripan)
3.
Penginduksian asal mula konklusi-konklusi dan
prinsip-prinsip akuntansi dari pengamatan-pengamatan yang menggambarkan hubungan
secara berulang.
4.
Pengujian konklusi-konklusi yang dibuat.
Contoh:
Bisa jadi langsung ke lapangan
untuk wawancara secara mengalir (contoh penelitian tentang konflik pilkada di
desa X) artinya tidak perlu pakai kuesioner tapi tetapi menggunakan interview
guide dan biasanya jenis pertanyaan terbuka dan di lapangan.
3.
Perbedaan Pendekatan Deduktif & Induktif
Teori normatif (normative theory) menggunakan
pertimbangan nilai (value judgement) yang berisi satu atau lebih premis
menjelaskan cara yang seharusnya ditempuh. Sebagai contoh, premis yang
menyatakan bahwa laporan akuntansi (accounting reports) seharusnya didasarkan
kepada pengukuran nilai aset bersih yang bisa direalisasi (net realizable value
measurements of assets) merupakan premis dari teori normatif. Sebaliknya, teori
deskriptif (descriptive theory) berupaya untuk menemukan hubungan yang
sebenarnya terjadi. Meskipun terdapat pengecualian, sistem deduktif umumnya bersifat
normatif dan pendekatan induktif umumnya berupaya untuk bersifat deskriptif.
Hal ini karena metode deduktif pada dasarnya merupakan sistem yang tertutup dan
nonempiris yang kesimpulannya secara ketat didasarkan kepada premis.
Sebaliknya, karena berupaya untuk menemukan hubungan empiris, pendekatan
induktif bersifat deskriptif.
Salah satu pertanyaan yang
menarik adalah apakah temuan riset empiris dapat bebas nilai (value-free) atau
netral karena pertimbangan nilai sesungguhnya mendasari bentuk dan isi riset
tersebut. Meskipun riset empiris berupaya untuk deskriptif, penelitinya tidak
mungkin sepenuhnya bersikap netral dengan dipilihnya suatu permasalahan yang
akan diteliti dan dirumuskannya definisi konsep yang terkait dengan
permasalahan tersebut. Perbedaan yang lebih mencolok antara sistem deduktif dan
induktif adalah: kandungan atau isi (contents) teori deduktif kadang bersifat
global (makro) sedangkan teori induktif umumnya bersifat partikularistik
(mikro). Oleh karena premis sistem deduktif bersifat total dan menyeluruh maka
kesimpulannya pasti bersifat global. Sistem induktif, karena didasarkan kepada
fenomena empiris umumnya hanya berfokus kepada sebagian kecil dari fenomena
tersebut yang relevan dengan permasalahan yang diamatinya.
Meskipun pembedaan antara
sistem deduktif dan induktif bermanfaat untuk maksud pengajaran, dalam praktek
riset pembedaan ini seringkali tidak berlaku. Dengan kata lain, keduanya
bukanlah pendekatan yang saling bersaing tetapi saling melengkapi
(complementary) dan seringkali digunakan secara bersama. Metode induktif bisa
digunakan untuk menilai ketepatan (appropriateness) premis yang pada mulanya
digunakan dalam suatu sistem deduktif.
Proses riset sendiri tidak
selalu mengikuti suatu pola yang pasti. Para peneliti seringkali bekerja secara
terbalik dari kesimpulan penelitian lainnya dengan mengembangkan hipotesis baru
yang tampaknya cocok dengan data yang tersedia. Dalam konteks akuntansi, riset
induktif bisa membantu memperjelas hubungan dan fenomena yang ada dalam
lingkungan bisnis yang mendasari praktek akuntansi. Riset induktif tersebut
pada gilirannya akan bermanfaat dalam proses pembuatan kebijakan yang biasanya
mengandalkan penalaran deduktif dalam menentukan aturan yang akan diberlakukan.
4.
Teori Akuntansi
Positif
Teori akuntansi positif (positive
accounting theory) sering dikaitkan dalam pembahasan mengenai
manajemen laba (earnings management). Teori akuntansi positif
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen dalam memilih prosedur
akuntansi yang optimal dan mempunyai tujuan tertentu.
Menurut teori
akuntansi positif, prosedur akuntansi yang digunakan oleh perusahaan tidak
harus sama dengan yang lainnya, namun perusahaan diberi kebebasan untuk memilih
salah satu alternatif prosedur yang tersedia untuk meminimumkan biaya kontrak
dan memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan adanya kebebasan itulah, maka
menurut Scott (2000) manajer mempunyai kecenderungan melakukan suatu tindakan
yang menurut teori akuntansi positif dinamakan sebagai tindakan oportunis (opportunistic
behavior). Jadi, tindakan oportunis adalah suatu tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansi yang menguntungkan
dan memaksimumkan kepuasan perusahaan tersebut.
Ada berbagai
motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba. Teori akuntansi positif (positive
accounting theory) mengusulkan tiga hipotesis motivasi manajemen laba
yang dihubungkan oleh tindakan oportunistik yang dilakukan oleh perusahaan
(Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Santoso, 2004).
Tiga hipotesis
menurut Watts dan Zimmerman (1986) dalam Santoso (2004) dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Hipotesis
program bonus (the bonus plan hypotesis).
Hipotesis
ini menyatakan bahwa perusahaan yang menggunakan bonus plan akan
cenderung untuk menggunakan metode-metode akuntansi yang dapat meningkatkan
laba yang dilaporkan pada periode berjalan. Hal ini dilakukan untuk
memaksimumkan bonus yang akan mereka peroleh karena seberapa besar tingkat laba
yang dihasilkan seringkali dijadikan dasar dalam mengukur keberhasilan kinerja.
Jika besarnya bonus tergantung pada besarnya laba, maka perusahaan tersebut
dapat meningkatkan bonusnya dengan meningkatkan laba setinggi mungkin. Dengan
demikian, diperkirakan bahwa perusahaan yang mempunyai kebijakan pemberian
bonus yang berdasarkan pada laba akuntansi, akan cenderung memilih prosedur
akuntansi yang meningkatkan laba tahun berjalan.
2.
Hipotesis
perjanjian utang (the debt covenant hypotesis)
Hipotesis ini
berkaitan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi perusahan di dalam
perjanjian utang (debt covenant). Sebagian perjanjian utang
mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi peminjam selama masa perjanjian.
Dinyataka pula jika perusahaan mulai mendekati suatu pelanggaran terhadap (debt
covenant), maka perusahaan tersebut akan berusaha menghindari
terjadinya (debt covenant) dengan cara memilih metode
akuntansi yang meningkatkan laba. Pelanggaran terhadap (debt
covenant) dapat
menimbulkan suatu biaya serta dapat menghambat kinerja manajemen. Sehingga
dengan meningkatkan laba perusahaan berusaha untuk mencegah atau setidaknya
menunda hal tersebut.
3.
Hipotesis biaya
politik (the political cost hypothesis)
Dalam hipotesis
ini dinyatakan bahwa semakin besar biaya politis yang dihadapi oleh perusahaan
maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan menggunakan pilihan akuntansi
yang dapat mengurangi laba, karena perusahaan yang memiliki tingkat laba yang
tinggi dinilai akan mendapat perhatian yang luas dari kalangan konsumen dan
media yang nantinya juga akan menarik perhatian pemerintah dan regulator
sehingga menyebabkan terjadinya biaya politis, diantaranya muncul intervensi
pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan lain
yang dapat meningkatkan biaya politis.
Dari definisi
diatas, peneliti dapat melihat hubungan teori akuntansi positif (positive
accounting theory) dengan penelitian ini. Seperti yang sudah
dijelaskan, dalam teori akuntansi positif (positive accounting theory) ada
berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba. Salah satu
motivasi yang terkait dengan adanya perubahan tarif pajak penghasilan badan
2008 yaitu motivasi regulasi politik yang merupakan motivasi manajemen dalam
mensiasati berbagai regulasi pemerintah guna melakukan manipulasi laba dengan
menurunkan laba yang dilaporkan sehingga pajak yang dibayarkannya menjadi
kecil.